Rabu, 23 April 2014

makalah fungsi seleksi dan penempatan

SELEKSI DAN PENEMPATAN
SUMBER DAYA INSANI
Disusun oleh Kelompok VI:
Nur Halimah
Irfan Hidayat
Muallif masyhuri
Nurul Adawiyah Hsb




FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2014
KATA PENGANTAR
Hanya Allah yang berhak dipuji,  meskipun kita sering haus pujian. Hanya Allah yang mampu menyangga segala macam pujian yang ditujukan bagi-Nya. Selain Allah, tak ada yang kuat menyangga berbagai pujian, kecuali orang yang Allah telah berikan kepadanya taufiq dan hidayah. Maka, izinkanlah penulis untuk memulai makalah ini dengan hamdalah, dengan pujian kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Dan marilah kita tundukkan hati sejenak. Mari kita ucapkan shalawat atas Nabi Muhammad, manusia suci yang Allah sendiri memujinya. Shalawat kita juga untuk keluarganya yang mulia, yang Allah juga memujinya. Mari kita ucapkan pelan-pelan: "Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa ali Muhammad".
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Insani mengenai   Fungsi Seleksi Dan Penempatan dalam Manajemen Sumber Daya Insani. Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang  pengetahuan Manajemen Sumber Daya Insani secara meluas.
Akhir kata penulis menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mohon kritik dan saran dari pembaca agar penyusunan  makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan buat para pembaca umumnya.



Medan, 24 April 2014
Kelompok  VI
           
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................       i
DAFTAR ISI......................................................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................      1
B. Perumusan Masalah...............................................................................................      1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Seleksi.................................................................................................      2
B. Proses Dan Tahapan Seleksi .................................................................................      3
C. Tes dalam Seleksi..................................................................................................      8
D. Penempatan Karyawan.........................................................................................    10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................    12
B. Saran......................................................................................................................    12









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setelah dilaksanakannya rekrutmen dalam manajemen sumber daya manusia, maka tahap selanjutnya adalah seleksi dan penempatan. Melihat kenyataan di lapangan banyak organisasi yang kurang memperhatikan fungsi seleksi dan penempatan ini. Perencanaan dan pelaksanaan seleksi yang kurang matang akan mengakibatkan fungsi seleksi dan penempatan kurang kredibel, alhasil pegawai yang diterima kurang memenuhi standar kualifikasi minimal yang diinginkan sehingga mengakibatkan melemahnya suatu organisasi karena kurangnya tanggung jawab seorang pegawai terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini dikarenakan dalam proses seleksi dan penempatan kurang memperhatikan prosedur-prosedur seleksi dan penempatan.
Karyawan merupakan sumber daya manusia yang diharapkan produktif  dan karyawan yang produktif adalah bukti paling baik suatu proses seleksi yang efektif. Oleh karena itu agar proses seleksi berhasil efektif maka perlu memperhatikan prosedur-prosedur, langkah-langkah, maupun syarat-syarat seleksi dan penempatan.
Proses seleksi karyawan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia. Hal ini dikatakan karena apakah dalam organisasi terdapat sekelompok karyawan yang memenuhi tuntutan organisasional atau tidak sangat tergantung pada cermat tidaknya proses seleksi yang dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1.         Apakah pengertian seleksi ?
2.         Bagaimanakah proses dalam seleksi ?
3.         Tes apa saja yang dilakukan dalam seleksi ?
4.         Hal apa yang perlu diperhatikan dalam penempatan karyawan?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Seleksi
Seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM yang dilakukan setelah proses rekrutmen selesai dilaksanakan. Hal ini berarti telah terkumpul sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu perusahaan. Proses pemilihan ini dinamakan seleksi.
Proses seleksi adalah sarana yang digunakan untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima. Prosesnya dimulai ketika pelamar melamar kerja dan diakhiri dengan keputusan penerimaan. Kegiatan seleksi mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Apabila proses seleksi dilaksanakan dengan baik, maka akan dapat menghasilkan pilihan karyawan yang diharapkan kelak dapat memberikan kontribusi yang positif dan baik. Oleh karena itu, seleksi merupakan kegiatan yang harus benar-benar disiapkan secara baik dan melalui proses yang panjang dan memerlukan biaya yang cukup besar, namun hasilnya akan dinikmati untuk jangka panjang. Pendapat lain mengatakan bahwa proses seleksi merupakan proses pengambilan keputusan timbal balik antara calon tenaga kerja dengan perusahaan. Perusahaan memutuskan menawarkan lowongan kerja; calon pelamar memutuskan apakah perusahaan beserta tawarannya akan memenuhi kebutuhan pribadinya. Dalam keadaan biasa pada umumnya proses seleksi cenderung ditentukan sepihak, yaitu dominasi pada pihak perusahaan.
Seleksi dilaksanakan tidak hanya untuk penerimaan karyawan baru, tetapi seleksi dapat pula dilakukan karena untuk pengembangan atau penerimaan karena adanya peluang jabatan. Untuk memperoleh atau mendapatkan peluang jabatan tersebut perlu dilakukan seleksi, sehingga dapat diperoleh SDM yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan.[1]
Beberapa tujuan organisasi melakukan seleksi adalah untuk mendapatkan :
v    Karyawan yang qualified dan potensial
v    Karyawan yang jujur dan berdisiplin
v    Karyawan yang cakap dengan penempatan yang tepat
v    Karyawan yang terampil dan bersemangat dalam bekerja
v    Karyawan yang memenuhi syarat Undang-Undang Perburuhan
v    Karyawan yang dapat bekerja sama
v    Karyawan yang dinamis dan kreatif
v    Karyawan yang inovatif dan bertanggung jawab
v    Karyawan yang loyal dan berdedikasi tinggi
v    Karyawan yang mudah dikembangkan dimasa akan datang
v    Karyawan yang bekerja secara mandiri
v    Karyawan yang mempunyai budaya dan perilaku malu
v    Untuk mengurangi tingkat absensi dan turn over karyawan

B.       Proses dan Tahapan Seleksi
Ada dua konsep penting yang harus diperhatikan untuk peralatan seleksi ini, yaitu reliabilitas dan validitas. Reliabilitas (dapat dipercaya) berhubungan dengan konsistensi pengukuran yang digunakan sepanjang sepanjang waktu; dan juga pertimbangan ukuran berapa banyak kesalahan yang terlihat dalam pengukuran yang terjadi sekarang. Ada banyak sumber kesalahan dalam pengukuran pada waktu wawancara misalnya karena terlalu membandingkan dengan kandidat lainnya yang sangat superior, tekanan waktu atau terpesona pada kemampuan pelamar menciptakan impresi manajemen yang positif, tetapi pada akhirnya tidak sesuai dengan kenyataan dalam pelaksanaan kerja. Yang dimaksud Validitas adalah skor yang diberikan pada waktu tes atau wawancara sesuai dengan kinerja pekerja yang nyata. Hasil tes seorang karyawan dikatakan valid, bila skornya tinggi dan kenyataan dilapangan memang sesuai. Metode seleksi mungkin saja dapat dipercaya tetapi tidak valid, namun metode seleksi yang tidak dapat diercaya tentu saja tidak valid.[2]
Proses seleksi berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Proses tersebut pada umumnya meliputi evaluasi persyaratan, testing, wawancara, ujian fisik. Dalam proses seleksi itu dipakai berbagai macam jenis dalam mengevaluasi persyaratan dan terutama untuk testing. Umumnya seleksi penerimaan karyawan baru dikenal dengan atas dua cara yaitu :

a.    Non ilmiah
Seleksi non ilmiah adalah seleksi yang dilaksanakan tidak didasarkan pada kriteria atau standar atau spesifikasi kebunyutah nyata pekerjaan/jabatan, tetapi hanya didasarkan kepada perkiraan atau pengalaman saja. Seleksi dalam hal ini tidak berpedoman kepada uraian pekerjaan. Seleksi non ilmiah ini sering diadakan di negara-negara yang sedang berkembang, karena umumnya belum melaksanakan manajemen profesional.
Unsur-unsur yang diseleksi biasanya :
1.         Surat lamaran bermaterai atau tidak
2.         Ijazah sekolah dan daftar nilainya
3.         Surat keterangan pekerjaan dan pengalaman
4.         Referensi atau rekomendasi dari pihak yang dapat dipercaya
5.         Wawancara langsung dengan pelamar yang bersangkutan
6.         Penampilan dan keadaan fisik
7.         Keturunan dari pelamar bersangkutan
8.         Tulisan pelamar
Seleksi non ilmiah ini kurang dapat dipertanggung jawabkan karena sering memperoleh karyawan baru yang tidak cakap dalam mengerjakan pekerjaannya, bahkan menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi perusahaan yang bersangkutan.
b.    Metode ilmiah
Seleksi dengan metode ilmiah adalah seleksi yang didasarkan kepada job specification dan kebutuhan nyata jabatan yang akan diisi, serta berpedoman kepada kriteria dan standar-standar tertentu.
Seleksi metode ilmiah ini merupakan pengembangan seleksi non ilmiah dengan mengadakan analisis cermat tentang  unsur-unsur yang akan diseleksi supaya memperoleh karyawan kompeten dan penempatan yang tepat sehingga pengembangannya relatif mudah.


Seleksi ilmiah hendaknya dilaksanakan dengan cara :
1.         Metode kerja yang jelas dan sistematis
2.         Berorientasi kepada prestasi kerja
3.         Berorientasi kepada kebutuhan riil karyawan
4.         Berdasarkan kepada job analysis dan ilmu sosial lainnya
5.         Berpedoman kepada undang-undang perburuhan
Kualifikasi yang Menjadi Dasar Seleksi
Proses seleksi sangat penting dalam memberikan penilaian akan sifat-sifat, watak, dan kemampuan para pelamar secara tepat, teliti dan lengkap. Beberapa kualifikasi berikut ini menjadi dasar dalam proses seleksi.

a.         Keahlian
Merupakan salah satu kualifikasi utama yang menjadi dasar dalam proses seleksi, kecuali bagi jabatan yang tidak memerlukan keahlian. Penggolongan keahlian dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.    Technical skill,
Yaitu keahlian teknik yang harus dimiliki para pegawai pelaksana.
2.    Human skill,
Yaitu keahlian yang harus dimiliki oleh mereka yang akan memimpin    beberapa   orang bawahan. 
3.    Conceptual skill,
Yaitu keahlian yang harus dimiliki oleh mereka yang akan memangku jabatan puncak pimpinan sebagai figure yang mampu mengkoordinasi berbagai aktivitas   untuk mencapai tujuan organisasi.

b.         Pengalaman
Dalam proses pelamaran suatu pekerjaan, pengalaman pelamar cukup penting artinya dalam suatu proses seleksi. Suatu organisasi/perusahaan cenderung akan memilih pelamar yang berpengalaman dari pada yang tidak berpengalaman karena dipandang lebih mampu melaksanakan tugasnya. Selain itu, kemampuan intelegensi juga menjadi dasar pertimbangan selanjutnya sebab orang yang memiliki intelegensi yang baik biasanya orang yang memiliki kecerdasan yang cukup baik. Faktor pengalaman saja tidak cukup untuk menentukan kamampuan seseorang pelamar dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik.

c.         Usia
Perhatian dalam proses seleksi juga ditunjukan pada masalah usia para pelamar. Usia muda dan usia lanjut tidak menjamin diterima tidaknya seseorang pelamar. Mereka memiliki usia lanjut tenaga fiisknya relatif terbatas meskipun banyak pengalaman. Mereka yang berusia muda mungkin saja memiliki vitalitas yang cukup baik. Tetapi rasa tanggung jawabnya relatif kurang dibandingkan dengan usia dewasa.  Oleh karena itu, yang terbaik pelamar yang berusia sedang atau sekira usia 30 tahun.

d.        Jenis kelamin
Jenis kelamin memang sering pula diperhatikan, terlebih-lebih untuk jabatan tertentu. Jabatan-jabatan memang dikhususkan untuk pria, ada juga yang khusus untuk wanita. Tetapi banyak juga yang terbuka untuk kedua jenis kelamin tersebut.

e.         Pendidikan
Kualifikasi pelamar merupakan cermin dari hasil pendiidkan dan pelatihan sebelumnya, yang akan menentukan hasil seleksi selanjutnya dan kemungkinan penempatanya dalam organisasi bila pelamar yang bersangkutan diterima. Tanpa adanya latar belakang pendidikan tersebut maka proses pemilihan atau seleksi akan menjadi sulit.

f.          Kondisi fisik
Kondisi fisik seseorang pelamar kerja turut memegang peranan penting dalam proses seleksi. Bagaimana pun juga suatu organisasi secara optimal akan senantiasa ingin memperoleh tenaga kerja yang sehat jasmani dan rohani kemudian memiliki postur tubuh yang cukup baik terutama untuk jabatan-jabatan tertentu.



g.         Tampang
Menurut Drs. Manullang, dalam jabatan-jabatan tertentu, tampang juga merupakan salah satu kualifikasi yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Misalnya, tugas sebagai pramugari, pelayan toko, dll.

h.         Bakat
Bakat atau aptitube seseorang calon pelamar tenaga kerja turut juga pemegang kunci sukses dalam proses seleksi. Bakat ini dapat tampak pada tes-tes, baik fisik maupun psikolog. Dari tes-tes tersebut dapat diketahui bakat yang tersembunyi, yang suatu saat dapat dikembangkan.

i.           Temperamen
Temperamen adalah pembawaan seseorang. Temperamen tidak dipengaruhi oleh pendidikan, namun berhubungan langsung dengan ‘emosi’ seseorang. Menurut Drs. Manullang, temperamen adalah sifat yang mempunyai dasar bersumber pada faktor-faktor dalam jasmani bagian dalam, yang di timbulkan oleh proses-proses biokima. Temperamen seseorang itu bermacam-macam, ada yang periang, tenang dan tentram, bersemangat, pemarah , pemurung, pesimis, dll. Hal ini menentukan sukses tidaknya seleksi atau tempat yang cocok bagi seseorang pelamar bila diterima bekerja dalam organisasi.

j.           Karakter
Karakter berbeda dengan tempramen meskipun ada hubungan yang erat antara keduanya. Temperamen adalah faktor ’endogen’, sedangkan karakter adalah faktor ’exogen’. Suatu karakter seseorang dapat diubah melalui pendidikan, sedangkan temperamen tidak dapat diubah.[3]

Tahapan-tahapan seleksi:
a.         Seleksi surat-surat lamaran
b.        Pengisian blanko lamaran
c.         Pemeriksaan referensi
d.        Wawancara pendahuluan
e.         Tes-tes penerimaan
f.         Tes psikologi
g.        Tes kesehatan
h.        Wawancara akhir atasan langsung
i.          Memutuskan ditolak atau ditolak

C.     Tes dalam seleksi
Tes penerimaan adalah proses untuk mencari data calon karyawan yang disesuaikan dengan spesifikasi jabatan/pekerjaan yang akan dijabat. Jenis tes penerimaan calon karyawan ini adalah wawancara dan tertulis. Bentuk-bentuk tes penerimaan adalah physical tes (medical test), academic test (knowledge test) dan phsycholigal test.

a.     Tes Akademik
Yaitu proses menguji kecakapan yang dimiliki pelamar sesuai dengan kebutuhan jabatan yang akan diisinya. Berbagai macam mengukur sejauh mana kemampuan pelamar mulai dari kemampuan verbal dan keterampilan kuantitatif sampai pada kecepatan persepasi. Dalam pelaksanaan tes akademik, skor yang tinggi dapat menjadi indikator penilaian yang dianggap sah untuk melihat bagaimana kinerja pekerjaan dan potensi yang dimiliki seorang pelamar tersebut. Diharapkan dengan adanya tes akademik dapat didapatkan pelamar yang akan dapat belajar lebih banyak dan lebih cepat serta dapat beradaptasi secara cepat terhadap perubahan keadaan.

b.    Tes Psikologi
Tes psikologi adalah proses menguji/mengetes kemampuan mental pelamar untuk mengukur apakah mentalnya sesuai dengan yang diinginkan jabatan yang akan dijabatnya. Tes Psikologi saat ini dirancang untyuk menganalisis apakah para pelamar mempunyai etika kerja yang baik, dapat memotivasi, atau sebaliknya malah dapat dikalahkan oleh tantangan-tantangan pekerjaan. Oleh karena itu, melalui tes psikologi  merupakan alat untuk mengukur kepribadian atau tempramen, kemampuab logika dan pertimbangan. Pendapat, kreativitas serta komponen-komponen kepribadian lainnya.
Jenis-Jenis Tes Psikologi
1.      Tes kecerdasan yaitu mengetes kepribadian mental pelamar dalam hal daya pikir serta menyeluruh dan logis. Atas dasar bahwa orang yang tajan perhatiannya dan cerdas dapat mempelajari hampir semua pekerjaan lebih cepat daripada mereka yang tidak begitu cerdas. Para psikolog tidak bersepakat dalam menganjurkan penggunaan testing kecerdasan, demikian pula tidak ada kesepakatan umum dalam konsep kecerdasan itu sendiri yang artinya mengenai apa yang diukur oleh testing itu.
2.      Tes kepribadian yaitu mengetes kepribadian mental pelamar dalam hal kesediaan bekerja sama, sifat kepemimpinan, kejujuran dan unsur-unsur kepribadian lainnya yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tes kepribadian yang paling populer adalah jenis testing tertulis. Kebanyakan dari testing tertulis ini menyatakan memberikan gambaran menyeluruh mengenai kepribadian pelamar, tetapi ada pula anggapan bahwa tes tertulis seperti ini mudah dipalsukan. Beberapa psikolog lebih menganjurkan metode wawancara untuk mengetes tes kepribadian ini. 
3.      Tes bakat yaitu mengetes dan mengukur kemampuan mental potensial (IQ) pelamar apakah mempunyai kesanggupan untuk dikembangkan dikemudian hari. Orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk belajar berbagai jenis pekerjaan. Dengan adanya tes bakat dapat diketahui bakat-bakat yang dimiliki para pelamar baik itu dari segi teknik, psikomotorik maupun imajinasi sehingga dapat dikembangkan kemudian hari dan membantu pengoptimalan kerja.
4.      Tes minat yaitu mengetes jenis pekerjaan apa yang paling disenangi oleh pelamar dan mengukur apa pelamar cocok serta antusias mengerjakan pekerjaan yang akan diberikan padanya.
5.      Tes prestasi yaitu mengetes dan mengukur apa pelamar akan mampu berprestasi mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Tes prestasi ini hendaknya dilakukan secara cermat dan mendalam untuk mengetahui apa pelamar mempunyai mental serta kemauan besar dalam mencapai prestasi kerja optimal.



c.       Tes kesehatan
Tes kesehatan yaitu pemeriksaan kesehatan fisik pelamar apakah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan untuk jabatan bersangkutan. Misalnya pendengaran, penglihatan ( buta warna/tidak ), berpenyakit jantung atau tidak, dan apa mempunyai cacat badan atau tidak.
Tes kesehatan ini hendaknya diperhatikan dengan cermat karena hal ini sangat menetukan tingkat prestasi kerja karyawan. Tidak mungkin seseorang akan dapat berprestasi baik jika ia sering sakit sehingga karyawan itu tidak dapat hadir melaksanakan tugas-tugasnya.[4]

D.      Penempatan Karyawan
Penempatan karyawan adalah tindak lanjut dari seleksi yaitu menempatkan calon karyawan yang diterima (lulus seleksi) pada jabatan/ pekerjaan yang membutuhkannya dan sekaligus mendelegasikan authority kepada orang tersebut. Dengan demikian calon karyawan itu akan dapat mengerjakan tugas-tugasnya dijabatan yang bersangkutan.
Penempatan ini harus didasarkan job description dan job spesification yang telah ditentukan serta berpedoman kepada prinsip “penempatan orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat dan penempatan orang-orang yang tepat untuk jabatan yang tepat”. Prinsip penempatan ini harus dilaksanakan secara konsekuen supaya seorang pekerja bekerja sesuai dengan spesialisasinya/keahliannya masing-masing. Dengan penempatan yang tepat ini maka semangat kerja, mental kerja, dan prestasi kerja akan mencapai hasil optimal bahkan kreativitas karyawan dapat berkembang.
Penempatan yang tepat merupakan motivasi yang menimbulkan antusias dan moral kerja yang tinggi bagi seseorang dalam mengerjakan pekerjaan itu. Jadi penempatan karyawan yang tepat merupak salah satu kunci untuk memperoleh prestasi kerja optimal dari setiap karyawan.


Orientasi karyawan
Orientasi atau perkenalan bagi setiap karyawan baru harus dilaksanakan untuk menyatakan bahwa mereka betul-betuk diterima dengan tangan terbuka menjadi karyawan yang akan bekerja sama dengan karyawan lainnya pada perusahaan itu.
     Dengan orientasi ini dapat diatasi keragu-raguan, kecanggungan dan menimbulkan rasa percaya diri karyawan baru dalam melakukan pekerjaannya. Orientasi ini dapat dilakukan oleh manajer personalia atau oleh atasan langsung karyawan bersangkutan. Hal- hal yang akan diperkenalkan adalah semua yang mencakup perusahaan tersebut mulai dari sejarah perusahaan sampai pada karyawan-karyawannya.
Induksi Karyawan
Induksi karyawan adalah kegiatan untuk mengubah prilaku karyawan baru supaya menyesuaikan diri dengan tata tertib perusahaan. Induksi ini pada dasarnya adalah tugas dari atasan langsung karyawan bersangkutan sehingga karyawan baru menyadari bahwa dia harus mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan mengerjakan tugasnya dengan baik.
Penetapan jumlah karyawan
Penetapan jumlah karyawan ini harus betul-betul diperhitunbgkan secara cermat, supaya karyawan yang diterima itu tepat sesuai dengan volume pekerjaan. Karena, jika jumlah karyawan terlalu banyak akan terjadi pemborosan, sedangkan bila terlalu sedikit maka pekerjaan tidak akan selesai tepat pada waktunya. Untuk menetapkan karyawan terdapat dua cara yang digunakan yaitu dengan cara non ilmiah dan ilmiah. Menetapkan karyawan dengan cara non ilmiah maksudnya adalah bahwa penetapan karyawan hanya dengan cara perkiraan-perkiraan saja bukan hasil dari perhitungan yang cermat. Sedangkan cara ilmiah adalah menetapkan jumlah karyawan berdasarkan perhitungan dan analisis beban kerja serta prestasi kerja.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setiap organisasi dalam mencari dan memilih calon-calon karyawan, tentunya akan berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan yang terbaik dan yang paling sesuai dengan kebutuhan organisasi. Untuk mendapatkan calon-calon karyawan yang berkualitas tentunya organisasi harus melakukan proses seleksi yang baik.
Organisasi melakukan seleksi untuk mencari dan memilih calon karyawan yang akan diterima atau ditolak oleh organisasi. Dengan proses seleksi tersebut diharapkan organisasi akan mendapat calon-calon karyawan yang benar-benar sesuai dengan jabatan yang dibutuhkan oleh organisasi. Dalam hal ini karyawan yang terpilih akan merasa puas apabila mereka ditempatkan pada jabatan yang sesuai denan kemampuan mereka masing –masing.
Penempatan karyawan yang sesuai pada posisi yang tepat bukan saja menjadi keinginan organisasi tetapi juga menjadi keinginan karyawan. Dengan demikian karyawan yang bersangkutan dapat mengetahui ruang lingkup pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sehingga karyawan akan merasa termotivasi dan bersemangat dalam bekerja dan memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi.

B.     Saran
1.      Organisasi harus melakukan analisis jabatan yang baik sebelum melakukan serangkaian proses seleksi dan penempatan SDM.
2.      Memilih metode seleksi SDM yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi.
3.      Menempatkan karyawan baru sesuai dengan analisis jabatan yang telah dilakukan sebelumnya dan disesuaikan dengan hasil seleksi karyawan yang bersangkutan.


DAFTAR PUSTAKA
George Strauss dan Leonard Sayles, Manajemen personalia. (Jakarta: Gramedia. 1996)
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta : PT. Toko Gunung agung, 1997)
Suharyanto Hadriyanus dan Adna Agus Heruanto, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: Media Wacana. 2005)
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. (Jakarta: Rajawali pers. 2011)





[1] Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Rajawali pers: Jakarta. 2011 h 159-160
[2] Ibid h. 161
[3] Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, cet kesembilan. Jakarta : PT. Toko Gunung agung, 1997. H. 60-63
[4] George Strauss dan Leonard Sayles, Manajemen personalia. Gramedia: Jakarta. 1996. h. 52-53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar